BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Allah yang dianugrahi
potensi untuk mengimani Allah ta’ala dan mengamalkan
ajaran-Nya. Karena fitrah inilah manusia dijuluki makhluk beragama.
Fitrah beragama
pada manusia merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung
kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Namun dalam perkembangannya, manusia
sangat tergantung kepada proses pendidikan yang diterima (faktor lingkungan).
Sementara itu,
aktualisasi fitrah beragama itu terbagi-bagi menjadi beberapa pokok pembahasan,
diantaranya adalah terkait dengan ibadah
yang mana perwujudan ibadah itu memberi peluang dan pengaruh dalam kejiwaan.
Oleh karena
itu, dalam makalah ini kami berusaha membahas bagaimana aktualisasi ibadah
dalam segi kejiwaan manusia yang secara garis besar termasuk dari bagian
praktek perwujudan keagaaman itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa itu ibadah ?
b.
Apa saja macam-macam ibadah? Dan Apa tujuan ibadah?
c.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ibadah?
BAB II : POKOK BAHASAN
A. Pengertian Ibadah
Dari segi bahasa, ibadah berarti
taat, tunduk. Arti ini sesuai dengan uraian yang disampaian oleh Imam
Al-baghowi dalam tafsirnya sebagai berikut :
وَمَعْنَى اْلعِبَادَةِ فِيْ اللُّغَةِ: التَّذَلُّلُ وَاْلاِنْقِيَادُ.
Syaikhul Islam; Abu Zakariya
Al-Anshoriy dalam ensiklopedi-nya yang berjudul Al-Hududul Aniqoh
menguraikan arti ibadah secara terminology sebagai berikut :
اَلْعِبَادَةُ
: مَا تُعُبِّدَ بِهِ بِشَرْطِ النِّيَةِ وَمَعْرِفَةِ اْلمَعْبُوْدِ وَيُقَالُ تَعْظِيْمُ
اللهِ تَعَالَى بِأَمْرِهِ
“ibadah adalah suatu yang digunakan
untuk beribadah (menghambakan diri) dengan syarat adanya niat dan ma’rifat (mengerti)
kepada yang disembah. Dikatakan juga bahwa ibadah adalah mengagungkan Allah
Ta’ala dengan cara menjalankan perintahnya.”
Uraian Syaikhul Islam di iatas memberikan pengertian bahwa seseorang tidak bisa disebut
beribadah jika ia tidak tahu siapa yang ia sembah, tidak disebut beribadah jika
tidak ada unsur pengagungan kepada al-Ma’bud. Maka, seperti yang
telah diuraikan oleh Imam al-Baghowiy dalam tafsirnya, bahwa perbuatan
seorang hamba tidak bisa disebut sebagai ibadah kecuali degan menetapi dua
syarat :
لاَ بُدَّ فِيْ كَوْنِ الْفِعْلِ عِبَادَةً مِنْ شَيْئَيْنِ أَحَدَهُمَا :
غَايَةُ التَّعْظِيْمِ ... وَالثَّانِيْ : أَنْ يَكُوْنَ مَأْمُوْراً بِهِ.
“perbuatan itu bisa disebut ibadah jika
memuat dua perkara : mengagungkan dengan sepenuhnya dan perbutan itu merupakan
sesuatu yang diperintahkan oleh Allah ta’ala.”
Dari sedikit uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa ibadah adalah perwujudan dan perkembangan dari iman atau ma’rifat
kepada Allah Ta’ala yang mana dengan iman itu akan
memunculkan expresi pengagungan kepada Allah Ta’ala dengan
berupa penghambaan dan ketundukan kepada perintah-perintah-Nya.
B. Macam-Macam Ibadah
Ruang ibadah di dalam Islam sangat luas meliputi setiap aktivitas kehidupan manusia,
Perhubungan manusia dengan Allah Ta’ala adalah secara terus menerus.
Pengagungan kepada Allah
Ta’ala dengan berupa penghambaan dan ketundukan kepada
perintah-perintah-Nya yang secara ringkas disebut ibadah, secara garis besar dibagi kepada 3 macam yaitu : ibadah hati,
lisan, dan anggota badan. Mahabbah kepada Allah Ta’ala serta tawakkal kepada-Nya merupakan contoh ibadah hati. Ber-dzikir,
membaca tahmid dan tahlil adalah contoh ibadah
lisan yang juga merupakan ibadah hati. sedangkan Shalat, Puasa, Zakat, Hajji
merupakan contoh ibadah anggota badan.
Sementara itu, dilihat
dari segi pelaksanaannya ibadah dibagi dalam tiga bentuk :
1. Ibadah
jasmaniah-ruhiyah (ruhaniyah) yaitu perpaduan ibadah jasmani dan ruhani,
seperti shalat dan puasa.
2.
Ibadah ruhiah dan maliah, yaitu
perpaduan antara ibadah ruhani dan harta, seperti zakat.
3.
Ibadah jasmaniah, ruhiah, dan
maliah sekaligus, seperti melaksanakan hajji.
Dilihat dari segi bentuk dan
sifatnya, ibadah ada lima macam, yakni :
1.
Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan
(ucapan lidah), seperti berzikir, berdoa, tahmid, dan membaca Al-Quran.
2.
Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak
ditentukan bentuknya, seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan tajhiz
al- janazah (mengurus jenazah).
3.
Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah
ditentukan wujud perbuatannya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
4.
Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya
berbentuk menahan diri seperti puasa, iktikaf, dan ihram.
5.
Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti
memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan membebaskan
seseorang yang berhutang kepadanya.
Ibadah sebagai
pakaian dari iman merupakan amal perbuatan yang menguatkan dan menjaga iman
kita kepada Allah Ta’ala. Dalam ibadah ini, kita diwajibkan untuk melaksanakannya sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an & Hadits (termasuk Ijma’
dan Qiyas) baik ditetapkan secara langsung (tersurat) atau secara implisit
(tersirat), baik dengan bentuk khusus (khoshsh) atau umum (‘amm). Dari itu, maka
ibadah secara garis besar ditinjau dari segi sumber hukumnya dapat disimpulkan terbagi menjadi dua bagian
:
1.
Ibadah Khashsah (khusus) atau ibadah mahdah
(ibadah yang ketentuannya pasti).
2.
Ibadah ‘Ammah (umum) yakni semua perbuatan yang
mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala. Dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan dapat
dikatakan ibadah amah bila dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah Ta’ala. Hal ini didasarkan pada firman-Nya.
C. Tujuan Ibadah
Tujuan ibadah dalam islam merupakan pengabdian dan dedikasi
semangat hidup yang bertujuan untuk mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala karena Allah Ta’ala yang telah
menciptakan dan memberi kehidupan kepada manusia dan makhluk lainnya.
Pada prinsipnya ibadah merupakan sari
ajaran islam yang berarti penyerahan diri secara sempurna pada kehendak Allah Ta’ala. Apabila hal ini dapat dicapai sebagai nilai dalam sikap dan prilaku manusia, maka akan
lahir suatu keyakinan untuk tetap mengabdikan diri kepada Allah Ta’ala. Selain
itu, penyimpangan-penyimpangan yang dapat merusak pengabdian kepada Allah Ta’ala akan merusak diri manusia itu sendiri.
Adanya pencapaian nilai, sikap, dan prilaku manusia dalam
aktualisasi atau perwujudan ibadah pada titik kesempurnaan tertentu, tentu
tidak lepas dari faktor-faktor baik dari dalam atau luar lingkungan manusia
selaku makhluk beragama. Lalu, apa saja faktor-faktor itu?
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibadah
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi nilai, sikap dan prilaku
manusia dalam beribadah terkait dengan kejiwaan ada dua :
a. Faktor Intern
Yaitu keimanan dan kesadaran yang tinggi akan
ibadah. Seseorang yang memiliki kesadaran beragama yang matang akan
melaksanakan ibadahnya dengan konsisten, stabil, mantap dan penuh tanggung
jawab serta dilandaskan pada pandangan yang luas. Keimanan dan kesadaran akan
ibadah ini dapat diperoleh melalu pemahaman tentang ilmu agama. Semakin ilmu
dan pemahaman seseorang mengenai agama maka semakin tinggi pula nilai ibadah
yang ia jalankan.
b. Faktor Ekstern
Faktor Ekstern, atau pengaruh luar setidaknya
terbagi menjadi 5 :
1. Lingkungan
Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pertama yang dikenal oleh anak dan yang pertama berperan dalam membentuk
kepribadian dan kebiasaan baik.
Menurut ngalim purwantho, pendidikan keluarga
adalah fundament atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya, baik di sekolah
maupun di tengah-tengah masyarakat.
Sebagai gambaran langsung, kelaurga yang
anggota keluarganya selalu membiasakan sholat berjama’ah maka akan mewarnai
kebiasaan anak baik ketiak berada di dalam maupun di luar lingkungan keluarga.
2. Lingkungan
Pendidikan Agama
Lingkungan pendidikan agama juga turut andil
dalam pembenahan kepribadian dan kebiasaan indifidu, baik pendidikan itu
bersifat formal atau non formal.
Sebagai contoh sekolah, atau pesantren yang
semua Guru/Ustadz-nya membiasakan gotong royong dan sholat berjama’ah,
maka secara tidak langsung siswa/santri akan meniru dan terbiasa melakukan
gotong royong dan sholat berjama’ah.
3. Lingkungan
Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga berperan sebagai
pembentuk kejiwaan indifidu dalam beragama, karena lingkungan masyarakat
adalah lingkungan dimana ia tumbuh berkembang sebagai manusia yang saling
membutuhkan dan saling ber-interaksi. Tentu, masyarakat yang agamis dengan
masyarakat yang materialistis sangatlah jauh berbeda dalam corak,
prilaku, sikap dan tindakan masing-masing dalam sudut psikology kususnya.
4. Media
Komonikasi Yang Membawa Misi Agama
Melalui alat komonikasi yang berkenaan dengan
agama, maka secara otomatis perubahan prilaku yang muncul adalah perubahan
prilaku dalam ber-agama.
Sebagai contoh, seorang siswa atau santri
yang selalu giat membaca media komonikasi berupa buku-buku dan kitab-kitab yang
berisi tentang anjuran sholat berjama’aah, maka secara otomatis jiwanya akan
terdorong untuk melakukan dan membiasakan sholat berjama’ah.
5.
Kewibawaan Orang Yang Mengemukakan Sikap Dan
Prilaku
Dalam hal ini mereka adalah yang
ber-otoritas dan ber-prestasi tinggi dalam masyarakat; yaitu para
pemimpin baik formal atau pun non formal. Dengan kewibawaan mereka, akan dengan
mudah muncul simpati dan sugesti mereka pada seseorang atau masyarakat,
sehingga nasehat atau petuah yang mereka sampaikan akan dapat dengan mudah
diterima dan dilaksanakan oleh seseorang atau masyarakat yang pada kelanjutannya
akan membawa kepada kejiwaan indifidu atau masyarakat beragama yang
lebih baik.
BAB
III : PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Ibadah adalah perwujudan dan perkembangan dari iman
atau ma’rifat kepada Allah Ta’ala yang mana
dengan iman itu akan memunculkan expresi pengagungan kepada Allah
Ta’ala dengan berupa penghambaan dan ketundukan kepada
perintah-perintah-Nya.
2.
Ruang ibadah di dalam
Islam sangat luas meliputi setiap aktivitas kehidupan manusia, yang mana terbagi atas beberapa sudut pandang dalam pembagiannya
; dari segi pelaksanaannya, segi bentuk dan sifatnya, dan
dari segi sumber hukum yang melandasinya.
3.
Tujuan
ibadah dalam islam merupakan pengabdian dan dedikasi semangat hidup yang
bertujuan untuk mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala.
4.
Ada dua faktor penting
yang mempengaruhi ibadah dalam kejiwaan yaitu faktor Intern dan faktor Ekstern.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Anshory Zakariya, Maktabah Syamilah, Al-Hududul Aniqoh
Al-Baghowiy Imam, Maktabah Syamilah, Tafsirul Baghowiy
Nur Falah Yasin, Intitut Agama Islam Tribakti, 2008, Ilmu
Jiwa Belajar Pendidikan Agama Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar