Selasa, 14 Januari 2014

aktualisasi ibadah (psikologi belajar)



BAB I :  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Manusia merupakan makhluk Allah yang dianugrahi potensi untuk mengimani Allah ta’ala dan mengamalkan ajaran-Nya. Karena fitrah inilah manusia dijuluki makhluk beragama.
Fitrah beragama pada manusia merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Namun dalam perkembangannya, manusia sangat tergantung kepada proses pendidikan yang diterima (faktor lingkungan).
Sementara itu, aktualisasi fitrah beragama itu terbagi-bagi menjadi beberapa pokok pembahasan, diantaranya adalah terkait dengan  ibadah yang mana perwujudan ibadah itu memberi peluang dan pengaruh dalam kejiwaan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami berusaha membahas bagaimana aktualisasi ibadah dalam segi kejiwaan manusia yang secara garis besar termasuk dari bagian praktek perwujudan keagaaman itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
a.       Apa itu ibadah ?
b.      Apa saja macam-macam ibadah? Dan Apa tujuan ibadah?
c.       Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ibadah?









BAB II :  POKOK BAHASAN
A.   Pengertian Ibadah            
            Dari segi bahasa, ibadah berarti taat, tunduk. Arti ini sesuai dengan uraian yang disampaian oleh Imam Al-baghowi dalam tafsirnya sebagai berikut :
وَمَعْنَى اْلعِبَادَةِ فِيْ اللُّغَةِ: التَّذَلُّلُ وَاْلاِنْقِيَادُ.
Syaikhul Islam; Abu Zakariya Al-Anshoriy dalam ensiklopedi-nya yang berjudul Al-Hududul Aniqoh menguraikan arti ibadah secara terminology sebagai berikut :
اَلْعِبَادَةُ : مَا تُعُبِّدَ بِهِ بِشَرْطِ النِّيَةِ وَمَعْرِفَةِ اْلمَعْبُوْدِ وَيُقَالُ تَعْظِيْمُ اللهِ تَعَالَى بِأَمْرِهِ
            ibadah adalah suatu yang digunakan untuk beribadah (menghambakan diri) dengan syarat adanya niat dan ma’rifat (mengerti) kepada yang disembah. Dikatakan juga bahwa ibadah adalah mengagungkan Allah Ta’ala dengan cara menjalankan perintahnya.”
Uraian Syaikhul Islam di iatas memberikan pengertian bahwa seseorang tidak bisa disebut beribadah jika ia tidak tahu siapa yang ia sembah, tidak disebut beribadah jika tidak ada unsur pengagungan kepada al-Ma’bud. Maka, seperti yang telah diuraikan oleh Imam al-Baghowiy dalam tafsirnya, bahwa perbuatan seorang hamba tidak bisa disebut sebagai ibadah kecuali degan menetapi dua syarat :
لاَ بُدَّ فِيْ كَوْنِ الْفِعْلِ عِبَادَةً مِنْ شَيْئَيْنِ أَحَدَهُمَا : غَايَةُ التَّعْظِيْمِ ... وَالثَّانِيْ : أَنْ يَكُوْنَ مَأْمُوْراً بِهِ.
perbuatan itu bisa disebut ibadah jika memuat dua perkara : mengagungkan dengan sepenuhnya dan perbutan itu merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah ta’ala.”
            Dari sedikit uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah perwujudan dan perkembangan dari iman atau ma’rifat kepada Allah Ta’ala yang mana dengan iman itu akan memunculkan expresi pengagungan kepada Allah Ta’ala dengan berupa penghambaan dan ketundukan kepada perintah-perintah-Nya.

B.   Macam-Macam Ibadah
            Ruang ibadah di dalam Islam sangat luas meliputi setiap aktivitas kehidupan manusia, Perhubungan manusia dengan Allah Ta’ala adalah secara terus menerus.
 Pengagungan kepada Allah Ta’ala dengan berupa penghambaan dan ketundukan kepada perintah-perintah-Nya yang secara ringkas disebut ibadah, secara garis besar dibagi kepada 3 macam yaitu : ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Mahabbah kepada Allah Ta’ala serta tawakkal kepada-Nya merupakan contoh ibadah hati. Ber-dzikir, membaca tahmid dan tahlil adalah contoh ibadah lisan yang juga merupakan ibadah hati. sedangkan Shalat, Puasa, Zakat, Hajji merupakan contoh ibadah anggota badan.
Sementara itu, dilihat dari segi pelaksanaannya ibadah dibagi dalam tiga bentuk : 
1.      Ibadah jasmaniah-ruhiyah (ruhaniyah) yaitu perpaduan ibadah jasmani dan ruhani, seperti shalat dan puasa.
2.      Ibadah ruhiah dan maliah, yaitu perpaduan antara ibadah ruhani dan harta, seperti zakat.
3.      Ibadah jasmaniah, ruhiah, dan maliah sekaligus, seperti melaksanakan hajji.
Dilihat dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah ada lima macam, yakni :
1.      Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan lidah), seperti berzikir, berdoa, tahmid, dan membaca Al-Quran.
2.      Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan tajhiz al- janazah (mengurus jenazah).
3.      Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
4.      Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri seperti puasa, iktikaf, dan ihram.
5.      Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan membebaskan seseorang yang berhutang kepadanya.
Ibadah sebagai pakaian dari iman merupakan amal perbuatan yang menguatkan dan menjaga iman kita kepada  Allah Ta’ala. Dalam ibadah ini, kita diwajibkan untuk melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an & Hadits (termasuk Ijma’ dan Qiyas) baik ditetapkan secara langsung (tersurat) atau secara implisit (tersirat), baik dengan bentuk khusus (khoshsh)  atau umum (‘amm). Dari itu, maka ibadah secara garis besar ditinjau dari segi sumber hukumnya  dapat disimpulkan terbagi menjadi dua bagian :
1.      Ibadah Khashsah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti).
2.      Ibadah ‘Ammah (umum) yakni semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala. Dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan dapat dikatakan ibadah amah bila dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah Ta’ala. Hal ini didasarkan pada firman-Nya.

C.   Tujuan Ibadah
Tujuan ibadah dalam islam merupakan pengabdian dan dedikasi semangat hidup yang bertujuan untuk mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala karena Allah Ta’ala yang telah menciptakan dan memberi kehidupan kepada manusia dan makhluk lainnya.
Pada prinsipnya ibadah merupakan sari ajaran islam yang berarti penyerahan diri secara sempurna pada kehendak Allah Ta’ala. Apabila hal ini dapat dicapai sebagai nilai dalam sikap dan prilaku manusia, maka akan lahir suatu keyakinan untuk tetap mengabdikan diri kepada Allah Ta’ala. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan yang dapat merusak pengabdian kepada Allah Ta’ala akan merusak diri manusia itu sendiri.
Adanya pencapaian nilai, sikap, dan prilaku manusia dalam aktualisasi atau perwujudan ibadah pada titik kesempurnaan tertentu, tentu tidak lepas dari faktor-faktor baik dari dalam atau luar lingkungan manusia selaku makhluk beragama. Lalu, apa saja faktor-faktor itu?

D.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibadah
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi nilai, sikap dan prilaku manusia dalam beribadah terkait dengan kejiwaan ada dua :
a.      Faktor Intern
Yaitu keimanan dan kesadaran yang tinggi akan ibadah. Seseorang yang memiliki kesadaran beragama yang matang akan melaksanakan ibadahnya dengan konsisten, stabil, mantap dan penuh tanggung jawab serta dilandaskan pada pandangan yang luas. Keimanan dan kesadaran akan ibadah ini dapat diperoleh melalu pemahaman tentang ilmu agama. Semakin ilmu dan pemahaman seseorang mengenai agama maka semakin tinggi pula nilai ibadah yang ia jalankan.
b.      Faktor Ekstern
Faktor Ekstern, atau pengaruh luar setidaknya terbagi menjadi 5 :
1.      Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak dan yang pertama berperan dalam membentuk kepribadian dan kebiasaan baik.
Menurut ngalim purwantho, pendidikan keluarga adalah fundament atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya, baik di sekolah maupun di tengah-tengah masyarakat.
Sebagai gambaran langsung, kelaurga yang anggota keluarganya selalu membiasakan sholat berjama’ah maka akan mewarnai kebiasaan anak baik ketiak berada di dalam maupun di luar lingkungan keluarga.
2.      Lingkungan Pendidikan Agama
Lingkungan pendidikan agama juga turut andil dalam pembenahan kepribadian dan kebiasaan indifidu, baik pendidikan itu bersifat formal atau non formal.
Sebagai contoh sekolah, atau pesantren yang semua Guru/Ustadz-nya membiasakan gotong royong dan sholat berjama’ah, maka secara tidak langsung siswa/santri akan meniru dan terbiasa melakukan gotong royong dan sholat berjama’ah.
3.      Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga berperan sebagai pembentuk kejiwaan indifidu dalam beragama, karena lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana ia tumbuh berkembang sebagai manusia yang saling membutuhkan dan saling ber-interaksi.  Tentu, masyarakat yang agamis dengan masyarakat yang materialistis sangatlah jauh berbeda dalam corak, prilaku, sikap dan tindakan masing-masing dalam sudut psikology kususnya.
4.      Media Komonikasi Yang Membawa Misi Agama
Melalui alat komonikasi yang berkenaan dengan agama, maka secara otomatis perubahan prilaku yang muncul adalah perubahan prilaku dalam ber-agama.
Sebagai contoh, seorang siswa atau santri yang selalu giat membaca media komonikasi berupa buku-buku dan kitab-kitab yang berisi tentang anjuran sholat berjama’aah, maka secara otomatis jiwanya akan terdorong untuk melakukan dan membiasakan sholat berjama’ah. 
5.      Kewibawaan Orang Yang Mengemukakan Sikap Dan Prilaku
Dalam hal ini mereka adalah yang ber-otoritas dan ber-prestasi tinggi dalam masyarakat; yaitu para pemimpin baik formal atau pun non formal. Dengan kewibawaan mereka, akan dengan mudah muncul simpati dan sugesti mereka pada seseorang atau masyarakat, sehingga nasehat atau petuah yang mereka sampaikan akan dapat dengan mudah diterima dan dilaksanakan oleh seseorang atau masyarakat yang pada kelanjutannya akan membawa kepada kejiwaan indifidu atau masyarakat beragama yang lebih baik.
















BAB III : PENUTUP

KESIMPULAN
1.      Ibadah adalah perwujudan dan perkembangan dari iman atau ma’rifat kepada Allah Ta’ala yang mana dengan iman itu akan memunculkan expresi pengagungan kepada Allah Ta’ala dengan berupa penghambaan dan ketundukan kepada perintah-perintah-Nya.
2.      Ruang ibadah di dalam Islam sangat luas meliputi setiap aktivitas kehidupan manusia, yang mana  terbagi atas beberapa sudut pandang dalam pembagiannya ; dari segi  pelaksanaannya, segi bentuk dan sifatnya, dan dari segi sumber hukum yang melandasinya.
3.      Tujuan ibadah dalam islam merupakan pengabdian dan dedikasi semangat hidup yang bertujuan untuk mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala.
4.      Ada dua faktor penting yang mempengaruhi ibadah dalam kejiwaan yaitu faktor Intern dan faktor Ekstern.















DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshory Zakariya, Maktabah Syamilah, Al-Hududul Aniqoh
Al-Baghowiy Imam, Maktabah Syamilah, Tafsirul Baghowiy
Nur Falah Yasin, Intitut Agama Islam Tribakti, 2008, Ilmu Jiwa Belajar Pendidikan Agama Islam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar